Obat pereda nyeri memang bisa jadi solusi praktis dan cepat untuk meredakan berbagai keluhan mulai dari menghilangkan rasa sakit setelah operasi, sakit gigi, pusing, hingga pegal-pegal. Namun ingat, obat penghilang rasa sakit bukanlah obat sapu jagad yang bisa menyembuhkan segala.
Penggunaan obat penghilang rasa sakit harus disesuaikan dengan kondisi Anda. Belum lagi, beberapa obat tersebut juga dapat menimbulkan serangkaian efek samping apabila digunakan sembarangan.
Anda perlu mengenal lebih jauh tentang obat pereda nyeri. Mulai dari jenis, cara kerja, hingga efek samping, agar dapat menggunakannya secara tepat.
Apa saja obat pereda nyeri yang bisa dibeli di apotek?
Obat pereda nyeri bisa juga disebut sebagai analgesik dan umumnya berguna sebagai pereda gejala.
Sering kali, penyakit yang dialami tidak dapat benar-benar sembuh dengan penggunaan analgesik, sebelum penyebabnya benar-benar diketahui. Penggunaan obat pereda nyeri yang bisa dibeli bebas, tentu diperbolehkan.
Namun, apabila konsumsi obat ini tidak juga meredakan gangguan kesehatan yang Anda alami, segera hubungi dokter untuk penanganan lebih lanjut. Secara garis besar, ada dua jenis analgesik utama, yaitu:
1. Paracetamol
Paracetamol merupakan obat pereda nyeri yang paling sering digunakan. Obat ini bekerja langsung di bagian otak, yang bertugas menerima pesan impuls rasa sakit. Bagian otak yang sama, juga bekerja untuk mengatur suhu tubuh dan menurunkan demam.
Meski mengurangi rasa sakit, paracetamol tidak dapat meredakan peradangan atau inflamasi yang terjadi di tubuh. Sehingga, untuk beberapa jenis nyeri yang disertai inflamasi, jaringan seperti sakit gigi, obat ini mungkin kurang ideal.
Keunggulan paracetamol adalah pada efek sampingnya yang lebih sedikit. Sehingga, obat ini aman untuk dikonsumsi anak-anak maupun untuk penggunaan jangka panjang.
Untuk orang dewasa, paracetamol bisa dikonsumsi setiap 4-6 jam sekali dengan dosis 325 mg – 1000 mg sekali minum. Dosis maksimal paracetamol dalam sehari adalah 4000 mg.
2. Obat golongan anti-inflamasi non-steroidal (AINS)
Obat penghilang rasa sakit dari golongan AINS, juga dapat meredakan inflamasi atau peradangan jaringan. Obat dari golongan ini, dapat menjadi solusi untuk beberapa kondisi, seperti:
- Demam
- Kram menstruasi
- Nyeri otot dan nyeri sendi
- Pembengkakan akibat cedera atau sakit gigi
Beberapa obat golongan AINS yang bisa Anda dapatkan di apotek, di antaranya:
- Ibuprofen
- Asam mefenamat
- Aspirin
- Naproxen
- Diklofenak
- Indometasin
Untuk dosis konsumsi obat-obatan golongan ini, masing-masingnya berbeda. Sehingga, Anda perlu benar-benar membaca instruksi penggunaan yang tertera di kemasan secara cermat.
Obat pereda nyeri yang perlu resep dokter
Ada beberapa jenis obat pereda nyeri yang penggunaannya memerlukan resep dari dokter. Obat tersebut bisa masuk dalam golongan opioid, bisa juga tidak. Obat jenis AINS pun ada jenis tertentu yang harus diberikan dengan resep.
Penggunaan obat opioid benar-benar perlu diperhatikan. Opioid adalah golongan obat yang sangat kuat, dan dapat menyebabkan kecanduan apabila dikonsumsi secara berlebihan.
Jenis-jenis obat penghilang rasa sakit yang masuk ke dalam golongan obat opioid di antaranya:
- Morfin. Morfin umumnya digunakan sebagai obat untuk menghilangkan rasa sakit setelah operasi maupun sebelum operasi.
- Oksikodon. Obat ini cukup sering diresepkan untuk mengatasi rasa sakit tingkat sedang hingga berat.
- Kodein. Kodein sering digunakan sebagai obat yang dicampurkan bersama paracetamol atau obat penghilang rasa sakit non-opioid lainnya. Kodein dapat diresepkan untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang.
- Hidrokodon. Sama seperti kodein, hidrokodon juga seringkali digunakan sebagai obat yang dicampurkan bersama paracetamol atau obat non-opioid lainnya. Obat ini digunakan untuk mengatasi rasa sakit tingkat sedang hingga berat.
Obat golongan opioid dijual dengan peraturan yang sangat ketat. Resep asli dalam bentuk fisik, harus disertakan dalam pembelian obat ini. Pembelian dengan salinan resep atau foto resep, tidak diizinkan.
Cara kerja obat pereda nyeri
Cara kerja obat penghilang rasa sakit akan berbeda-beda tergantung dari jenis dan golongannya.
1. Paracetamol
Seperti yang telah disebutkan di atas, paracetamol bekerja langsung di bagian otak yang mengatur persepsi nyeri serta suhu tubuh. Obat ini bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenasi atau COX di otak dan tulang belakang.
COX adalah enzim yang membantu tubuh memproduksi senyawa kimia yang dinamakan prostaglandin.
Prostaglandin, berperan dalam pembentukan rasa nyeri peradangan pada jaringan yang rusak akibat cedera atau penyakit tertentu.
Sehingga, jika produksi prostaglandin terganggu, rasa nyeri yang ada di tubuh pun akan berkurang. Namun, paracetamol hanya bisa meredakan nyeri dan tidak dapat meredakan inflamasi.
2. Golongan AINS
Obat golongan AINS juga bekerja dengan cara menghambat enzi COX di otak, sehingga produksi prostaglandin bisa terganggu. Cakupan efek obat golongan AINS lebih luas dibandingkan parasetamiol, sehingga dapat mengatasi nyeri sekaligus inflamasi jaringan.
3. Obat golongan opioid
Opioid bekerja dengan cara mengikat reseptor tertentu di sistem saraf pusat, usus, dan bagian lain di tubuh. Selain meredakan nyeri, opioid juga akan mengubah reaksi terhadap rasa sakit, dan bahkan meningkatkan toleransi Anda terhadap rasa sakit.
Artikel ini direview oleh: Galih Ega Farrasetia